PDM Kabupaten Jember - Persyarikatan Muhammadiyah

 PDM Kabupaten Jember
.: Home > Artikel

Homepage

Peringatan Milad 1 Abad Muhammadiyah di PDM Jember Berlangsung Semarak

.: Home > Artikel > PDM
11 November 2012 13:20 WIB
Dibaca: 3097
Penulis : suyono hs

BONDOYUDO-NEWS:     

                Peringatan Milad 1 Abad Muhammadiyah yang dikemas dalam "Pengajian Akbar”  di lingkungan Pimpinan Daerah Muhammadiyah (PDM)  Kabupaten Jember, berlangsung semarak dan cukup meriah.  Hampir 1000 warga Muhammadiyah dan simpatisannya, memadati halaman dan jalan utama di depan Kantor Pusat Dakwah Muhammadiyah Jember, Ahad (11/ November 2012) untuk mendengarkan Pidato Milad yang disampaikan Sekretaris Umum Pimpinan Pusat (PP) Muhammadiyah, Dr. H.Agung Danarto, M.Ag.

                Menurut  Dr.H. Aminullah Elhadi, MA., mewakili PDM Jember, peringatan Milad ke 100 tahun Muhammadiyah sesuai kalender Miladiyah, mendapat sambutan luar biasa dari warga Muhammadiyah Jember.  Karena itu, Rektor Unmuh Jember ini tidak mampu menyembunyikan rasa gembiranya, menyaksikan antusiasme warga Muhammadiyah dari seluruh pelosok Kab. Jember, untuk hadir memeriahkan peringatan Milad 1 Abad Muhammadiyah untuk tingkat PDM Jember.

                “Alhamdulillah acara kita pagi ini tergolong sukses, untuk ukuran jumlah yang hadir. Panitia menyediakan sekitar 800 lebih tempat duduk dan seluruhnya terisi. Mohon maaf bagi jamaah yang terpaksa harus duduk lesehan di pinggir jalan, di ruang dalam kantor PDM, di musallah, dan juga dibeberapa tempat lainnya,” ujar Dr. Aminullah yang juga Rektor Unmuh Jember, kepada para hadiri yang terpaksa duduk lesehan di atas karpet.

                Mewakili segenap Pimpinan Daerah Muhammadiyah Jember, H. Aminullah juga menyampaikan ucapan terima kasih kepada para relawan dan donatur yang membantu terselenggaranya acara Milad Akbar 1 Abad Muhammadiyah di PDM Jember. Menurutnya, rangkaian peringatan Milad di Jember, juga diisi dengan seminar dengan tema: “Hukum untuk Kemanusiaan dan Peradaban” yang digelar di Aula A. Zaenuri, Unmuh Jember, awal November lalu.

                Sementara, Sekum PP Muhammadiyah Dr.H. Agung Danarto, M.Ag., dalam pidatonya menyambut Milad 1 Abad Muhammadiyah, menyatakan bahwa memasuki abad ke-2, Muhammadiyah terbukti tetap eksis dalam menjalankan misi dakwah seperti yang dicita-citakan pendirinya, KH. Ahmad Dahlan.

                Menurutnya, usia yang melampoi 100 tahun itu, sungguh sebuah anugerah. Karena tidak mudah bagi manusia bisa bertahan hidup hingga 100 tahun. “Kalau toh bisa bertahan hidup, ibarat manusia tentu pola hidupnya sudah tidak normal. Orang yang usianya lebih 100 tahun, biasanya sudah loyo, pikun, dan sudah tidak bisa berbuat apa-apa. Tapi Alhamdulillah, Muhammadiyah yang sudah berusia 1 Abad, tapi masih mampu menunjukkan eksistensinta di masyarakat,” tuturnya.

 

Go Internasional

                Keberadaan Muhammadiyah, menurut Agung Danarto, tidak hanya dirasakan manfaatnya oleh rakyat dan bangsa Indonesia saja. Tapi, keberadaan Muhammadiyah ternyata juga dirasakan manfaatnya oleh dunia internasional. Hal ini terbukti dengan ikut tampilnya Muhammadiyah, yang diwakili Ketua Umumnya Prof. Dr. H. Din Syamsuddin, MA., dalam berbagai diplomasi dan perundingan untuk perdamaian dan kemaslahatan umat di berbagai belahan dunia.

                “Muhammadiyah punya peran cukup besar dalam ikut serta mendamaikan konflik berkepenjangan di Filipina, terutama dengan masyarakat Moro di Filipina Selatan. Juga pengakuan dan dukungan Muhammadiyah untuk bangsa Kosovo. Dan berbagai peran penting lainnya yang telah dimainkan oleh Muhammadiyah di kawasan Timur Tengah, Asia, bahkan Eropa,” lanjutnya.

                Dibidang keorganisasian Muhammadiyah, kata Agung Danarto juga telah meng-internasional. Hal ini ditandai dengan berdirinya cabang istimewa Muhammadiyah di berbagai negara di Asia dan Eropa. “Saat ini Amal Usaha Muhammadiyah, tercatat paling besar di Indonesia bahkan menurut hasil penelitian, juga terbesar di dunia. Terutama amal usaha bidang pendidikan, kesehatan, dan panti asuhan atau panti sosial lainnya,” tutur mantan Ketua PWM DIY ini.

                Yang membanggakan, kata Agung Danarto, bahwa seluruh amal usaha yang didirikan Muhammadiyah bukan hanya untuk warga persyarikatan, tapi untuk kemaslahatan seluruh umat. Meski Muhammadiyah adalah organisasi dakwah Islam, namun dakwah yang dilaksanakan untuk sekalian umat.

                “Muhammadiyah mendirikan klinik atau rumah sakit ya untuk seluruh umat.  Tidak ada ceritanya seorang perawat/dokter di RS Muhammadiyah bertanya bapak/ibu warga Muhammadiyah atau bukan, punya uang atau tidak. Tapi pertanyaan pertama yang diajukan selalu terkait dengan keluhan penyakit yang didera si pasien,” jelasnya.

                Demikian halnya dengan amal usaha bidang pendidikan, Muhammadiyah tidak pernah memilih calon siswa atau mahasiswa. Bahkan di beberapa tempat, lembaga pendidikan Muhammadiyah justru dimanfaatkan oleh mayoritas umat lain. “Universitas Muhammadiyah di Kupang (NTT) atau Universitas Muhammadiyah di Sorong (Papua) justru mahasiswanya boleh dikata lebih 70 persen adalah non muslim,” jelas Agung Danarto.

 

Kiat 5 M

                Sekretaris Umum Pimpinan Pusat Muhammadiyah, Dr Agung Danarto menegaskan, apa yang dilakukan Muhammadiyah selama ini, merupakan hasil kesadaran seluruh warga Persyarikatan, bahwa seluruh amal usaha dibangun hanya semata-mata untuk taqorrub Ilallahi, atau mendekatkan diri kepada Allah Swt.

                “Kita juga sudah terbiasa kerja ikhlas, artinya apa yang kita kerjakan ikhlas karena Allah Swt. Karena itu, saat seseorang menjabat Pimpinan Persyarikatan di tingkat Ranting, Cabang, dan seterusnya atau saat kita diberi amanah oleh organisasi untuk menjabat kepala sekolah, direktur klinik atau rumah sakit, rektor di perguruan tinggi Muhammadiyah atau jabatan lainnya, tetap harus dilaksanakan secara ikhlas. Artinya, kalau jabatan itu sudah harus diakhiri sesuai ketentuan organisasi, ya harus ikhlas untuk diganti,” ujarnya.

                Hal lain yang juga menjadikan Muhammadiyah tetap eksis hingga satu abad adalah sikap warga Persyarikatan yang senantiasa menjaga silaturahim dan ukhuwah. Tidak hanya ukhuwah di kalangan warga Muhammadiyah, tapi juga ukhuwah dengan sesama umat Islam, atau bahkan dengan sesama umat manusia.

                Menurut Agung Danarto, hal lain yang juga membanggakan adalah bahwa selama satu abad, Muhammadiyah tetap berpegang teguh pada ciri khasnya, yakni sebagai organisasi yang senantiasa menjaga ke-murni-an ajaran Islam (Islam Murni). Seluruh proses peribadatan warga Muhammadiyah senantiasa bersumber pada Al Quran dan As-Sunnah, sehingga terbebas dari hal-hal yang bisa mengotori aqidah dan ketauhidan anggotanya.

                “Sejak didirikan, Muhammadiyah sudah menyatakan dirinya sebagai organisasi pembaharu yang modern(Islam Modern). Karena itu, Muhammadiyah meski lahir di Yogyakarta, namun bisa berdiri di Padang (1919), di Ambon (1926), di Ternate (1927), dan di daerah-daerah lainnya di Indonesia, karena Muhammadiyah tidak memaksakan diri menggunakan bahasa Jawa, tapi dengan menggunakan bahasa yang bisa diterima semua pihak, yakni bahasa Melayu (Indonesia),” jelasnya.

                Dakwah Muhammadiyah selama ini selalu memberi kemaslahatan kepada umat manusia (Islam Maslahat). Artinya, seluruh amal usaha yang didirikan Muhammadiyah bukan hanya untuk warga Persyarikatan, tapi diperuntukan bagi semua umat. Mendirikan sekolah (mulai dari TK sampai perguruan tinggi), bahkan saat ini sudah ada 8 PTM (Perguruan Tinggi Muhammadiyah) yang membuka Fakultas Kedokteran, membangun klinik rawat inap, RS Bersalin, rumah sakit umum (RSU), dan amal usaha lainnya adalah untuk seluruh warga bangsa.

                Muhammadiyah kata Agung Danarto, juga senantiasa tampil sebagai sosok Islam Moderat. Artinya, Muhammadiyah tidak akan menjadikan negara Indonesia menjadi negara Islam atau negara berdasar khilafah. Bagi Muhammadiyah, NKRI sudah final dan NKRI itu adalah hasil perjuangan umat dan tokoh Islam di Indonesia, termasuk di dalamnya tokoh Muhammadiyah.

                “Dan yang tidak kalah pentingnya, Muhammadiyah senantiasa menjaga keharmonisan dan hubungan yang sejajaran, antara anggota dan pimpinannya, dengan mengedepankan musyawarah. Semua keputusan yang diambil oleh pimpinan Persyarikatan di seluruh tingkatan, merupakan hasil akhir dari proses musyawarah, sedang figur ketua atau ketua umum di Muhammadiyah lebih sebagai koordinator yang tidak punya hak veto, seperti yang terjadi di organisasi lain,” tegasnya. (*)       

                              


Tags: BeritaMilad1AbadMuhammadiyah
facebook twitter delicious digg print pdf doc Kategori : Artikel Berita

Berita

Agenda

Pengumuman

Link Website